Saturday, February 21, 2015

Toilet training Noah

Mau cerita dikit tentang lepasnya noah dari diapers. Sebenernya pas umur 1,5 th udh sempet lepas, cuma karena kondisinya saat itu lagi sibuk banget pergi2an dan sayanya khawatir repot kalau pas kepengen pipis akhirnya diapers pub dipakai kembali. Catet yaah, siap enggak nya anak lepas diapers itu bukan di anaknya tapi di kitanya sebagai ibu. Karena yg disiapkan bukan mental si anaknya, tp ibunya siap gak repot siap gak utk sabar saat anak harus lepas diapers. 
Hari ini 2minggu sudah noah bener2 lepas diapers, all day long, bahkan tidur pun tanpa diapers. Beda dengan acha yang usia 1thn 9 bln, acha udh lepas diapers dari pagi hingga jelang tidur. Bahkan acha pun fasih kalau mau minta pipis atau pun pup, bedanya acha yang saat itu msh minum susu dot jelang tidur, saat tidur masih ketergantungan diapers, badu bener2 lepas diapers dimalam hari saat usia 2th 9bln.
Naaah sementara noah ini, karena asi jadi frekuensi pipisnya gak sebanyak acha, malam hari pun gak ada istilah ngompol. Tapiiiiii ihixz, noah ini masih suka males bilang kalau mau pupup, yah gitu deh mamahnya harus siap sikon kalaunpas liat wajahnya noah ngeden2 deh tuh buru2 angkut ke kamar mandi, seringnya sih kecolongan trs ๐Ÿ˜. Hebatnya noah, kalau diajak pergi pun mamahnya yg mash parno nih, jd msh dipakein diapers, tapi subhanallah banget noah udah gak mao pipis di diapers ternyata, pernah dia minta pipis tapi kondisi saat itu lagi dijalan dan macet, bayangkan dari kalimalang sampai jatiranggon dia berhasil nahan pipis, antara khawatir dan seneng nih, tuuh kan lagi2 mamahnya yg parno aka blm sepenuhnya siap mensukseskan anaknya toilet training. 
Diusianya yang 2thn 8bulan ini bisa dibilang noah cukup mandiri, gak jarang saya melihat noah kalau mau pipis gak bilang, tau2 dia buka celana dan berdiri di atas wc jongkok, kalau udah selesai baru manggil mamahnya untuk minta disiramin. ๐Ÿ˜ .. Dan sepertinya noah pecinta lingkungan deh hehehe, pernah lagi disuperindo dia mau pipis, tapi karena kamar mandinya antri, saya pipiskan di samping parkiran... Ternyata noah malah gak nyaman, pipisnya gak mau keluar, sambil bilang "udah mah" padahal gak pipis, mungkin gak nyaman dan gak mau dia pipis selain di kamar mandi. Alhamdulillah noah cerdas dan cepat sekali dilatihnya, sekarang PR nya tinggal nyapih ๐Ÿ˜–๐Ÿ˜–๐Ÿ˜–, udah disugesti segala macem ihiixz doakan yaah semoga berhasil ๐Ÿ˜‚ aamiin.

Monday, February 16, 2015

Untuk para Ayah baca ini

Copas...kelak anak2ku membaca ini suatu saat nanti. Kelak menantu laki2ku juga membaca ini nanti tolong nak, tolong resapi ini semua demi masa depan generasi kalian kelak. 
- untuk semua Ayah - 

===========================
Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak
by: Elly Risman

Mengapa bicara peran Ayah?
1. Karena tantangan zaman yang luar biasa berat bagi anak-anak kita saat ini.
2. Ayah memiliki peranan sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak.
3. Ayah adalah kepala keluarga.

Ayah…
Engkaulah penentu garis besar haluan keluarga, tugasmu adalah:
1. Menentukan tujuan, kemana keluarga akan Kau bawa.
2. Menyediakan keuangan.
3. Menyediakan makan dan pakaian.
4. Menyediakan rumah dan isinya.
5. Membimbing anak & istri.
6. Membuat kebijakan & peraturan.
7. Menentukan standar keberhasilan.
8. Menyediakan training & pemantauan.
9. Menyediakan perawatan dari harta & benda.
10. Melakukan pengontrolan.
11. Mendelegasikan tanggung jawab & tugas.

Ayah…
Luangkan waktumu LEBIH banyak lagi ya yah untuk keluargamu.
Jika Engkau rajin membangun DIALOG dengan anakmu, maka anakmu akan:
- Tumbuh menjadi orang dewasa yang suka menghibur orang lain.
- Punya harga diri yang tinggi.
- Prestasi akademis diatas rata-rata.
- Lebih pandai bergaul

Jika WAKTUmu untuk DIALOG dan bercengkrama dengan anak KURANG, akibatnya fatal:
1. Jika anakmu Perempuan:
o Cenderung mudah jatuh cinta & menyerahkan diri.
o 7-8 kali lebih mungkin memiliki anak diluar pernikahan.
o Cenderung suka lelaki lebih tua.
o Cenderung lebih mungkin menjadi single mom.
o Ini berlaku pada anak perempuan dari lata belakang social ekonomi apapun.

2. Jika anakmu Laki-laki:
o Lebih sering terlibat pornografi, narkoba, tindak kriminal.
o Cenderung sexually active di usia yang lebih muda.
o Cenderung join a gang.
o Cenderung menemui kesulitan mendapatkan atau mempertahankan pekerjaan di masa dewasa.

3. Lebih parah lagi…
o Lebih rentan terhadap peer pressure
o ‘Broken homes’ mengkontribusikan 3 dari 4 kasus bunuh diri pada remaja dan 4 dari 5 pasien Rumah Sakit Jiwa.

Keluarga TANPA Ayah; SUFFER MANY AND GREAT DISADVANTAGES

Kalau ternyata Ayah sudah harus ‘tiada’:
• Kuatkan anak dengan high quality positive parenting dan hubungan keluarga lainnya.
• Ayah tidak aktif lebih baik daripada perceraian. Perceraian lebih baik daripada lingkungan keluarga yang selalu bertikai atau Ayah yang bermasalah.
• Bila cerai; pertemuan dengan Ayah harus maksimal, membahagiakan anak secara psikologis bukan cuma fisikal.
• Perceraian itu adalah bercerainya Ayah dengan Ibu, bukan bercerainya Ayah dengan anak atau sebaliknya. 

Ayah…
Ingat yuk peran kita sebagai orangtua; anak itu AMANAH; kita mendapatkan tugas dari Allah untuk mengasuh dan membesarkan anak dengan baik dan benar. Sebab itu butuh perjuangan (pikir, rasa, jiwa, tenaga, waktu dan biaya).

Ayah…
Yuk pimpin keluarga dengan membuat Visi Pengasuhan bersama Ibu. Visi membuat Ayah dan Ibu lebih mudah mengayuh bahtera keluarga bersama-sama. 

Contoh: Visi keluarga Nabi Ibrahim (QS. Ibrahim: 35-37); Penyelamatan aqidah, Pembiasaan ibadah, Pembentukan akhakul karimah dan Pengajaran lifeskill (entrepreneur). Contoh lagi: Keluarga Imran (QS. Ali Imran: 35), yakni Menjadi hamba Allah yang taat.

Ayah…
Mari kita perbaiki pola pengasuhan selama ini jika masih kurang baik:
- Anak perlu di validasi dengan 3P: Penerimaan, Penghargaan, Pujian.
- Tentukan tujuan pengasuhan
- Bedakan pola pengasuhan anak laki-laki dan perempuan, sebab:
Otak mereka berbeda
Tugas & tanggung jawab mereka berbeda
Tujuan pengasuhannya berbeda
Anak laki-laki sasaran tembak bisnis pornografi dan narkoba.

Ayah, ini sebaiknya yang menjadi Tujuan Pengasuhan anak perempuan (1-4) dan anak laki-laki (1-7):
1. Hamba Allah yang taqwa.
2. Calon suami yang baik.
3. Calon ayah yang baik.
4. Membantu mereka mempunyai ilmu dan keahlian dalam bidang tertentu sehingga bisa mencari nafkah.
5. Pendidik istri dan anak.
6. Pengayom.
7. Pendakwah.

Ayah…
Penting sekali hubungan baik antara Ayah dengan anak; bukan hanya meluangkan ‘waktu lebih’, tapi kuantitas & kualitas berjalan seimbang. Tidak hanya terlibat secara fisik, tapi melakukan authoritative parenting (kasih sayang tinggi – tuntutan tinggi, yakni orangtua memberikan dorongan, dukungan, perhatian dan menawarkan perhatian tanpa kekerasan).

Ayah…
Jangan lupa tanyakan perasaan anakmu setiap hari ya, itu berarti Kau sedang membangun kekuatan emosi dan kedekatan batin dengan mereka. Ingat PERASAAN ya Yah…
Biarkan dirimu menjadi tempat curhat anak-anakmu, tempat mereka meluapkan perasaannya.

Ayah…
Bicaralah, dialoglah dengan anak laki-lakimu atau anak perempuanmu tentang apaaaa saja, tentang hal-hal yang pribadi, tentang hal yang menyenangkan, tentang kesulitan yang dialami, tentang hal yang yang dianggap tabu dan menjadi tantangan anak zaman sekarang.

Ayah…
Berikan pondasi bagi anak-anakmu agar kelak mereka kuat dan mampu berdiri sendiri dengan arif dan disayangi banyak orang.

Ayah…
Yuk bercermin, sudah aktifkah para Ayah selama ini dirumah?

Kesimpulan:
Ayah memainkan peran yang tidak tergantikan untuk membantu Ibu membesarkan anak yang sehat dan bahagia, yang nantinya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan kestabilan Negara.
Let’s make everyday a Father’s day!
Ayah yang baik adalah mereka yang paling baik kepada KELUARGAnya.

Friday, February 13, 2015

Iseng iseng coretan ku


Gak pernah latihan kursus atau apa, walau hasilnya tidak sekaliber apa tp ini sudah cukup untuk bikin anak2 seneng dab ikut corat coret. 

Wednesday, February 11, 2015

Copas hasil seminar

Sharing dari acara Special Talk Show 
"Membangun kekuatan ekonomi dan keluarga berbasis spiritual"
@Masjid Raya Pondok Indah.
Selasa 10 Feb 2015 pukul 15.30wib.

Concern ibu Elly Risman saat ini :  Pornografi. Terlihat lebay, tapi ternyata efek dari kontaminasi pornografi terhadap anak usia dibawah 9 tahun sangat berarti. : satu kali saja masuk unsur pornografi masuk ke dalam otak anak, maka otaknya akan tercemar. 

Anologinya seperti secangkir gelas berisi air putih, sedikit saja diteteskan suatu zat maka air tersebut telah tercemar.
Anak skr sudah sangat canggih. 
Bu Elly pernah mendatangkan bedah otak. Dalam penelitiannya ternyata Orang yg terpapar pornografi, otaknya rusak sama dengan otak orang kecelakaan benturan kepala yg hebat.

 Pornografi merusak otak yg paling mulia (Pre Frontal Korteks, otak diatas alis kanan) 
Kerusakan otaknya akan membuat seseorang bertingkah seperti binatang. Inces meningkat, pemerkosaan, kekerasan sexual.
Menghadapi tantangan zaman, orang tua perlu ilmu tambahan. 

Sasaran miras, pornografi, narkoba adalah anak usia mulai 9 tahun. Pornografi pornografi pornografi merupakan bencana nasional. 
Bencana paling besar adalah ketika kita tidak sadar adanya bencana. Wake up eperibodih! Bencana di depan mata. Mengintai generasi bangsa. Pornografi menjadikan manusia berperilaku seperti binatang.

Sifat pebisnis pornografi: 4A Agresif, Affordable, Accesible, Anonimous.
Pornografi  merupakan narkoba lewat mata, narkolema.

Katakan kepada seluruh muslim jaga pandanganmu dan kemaluanmu. Alloh sudah mengingatkan dalam Alquran. Annur 30-31. Tahan pandanganmu! 
 Perkembangan teknologi begitu cepat. 

Anak adalah takdir. Tidak bisa kita pilih. Kita adalah baby sitternya Alloh. Mengapa kita mensubkontrakan anak2 kita. Alloh kasih anak kita sempurna.. jangan dipulangin dalam keadaan rusak/bonyok.

Akibat kecanduan pd anak dibawah 10 thn : pemurtadan, anak melakukan semua yg dilarang Alloh swt; sexting, naked selfie, pacaran, ML. bagaimana mempertanggungjawabkan pd Alloh SWT? 

Ayah dan Ibu menentukkan visi misi pengasuhan anak2 kita. Ayah sebagai penentu garis2 besar haluan keluarga. Ibu2 pelaksana teknis.
Perlu kesepakatan kesepakatan bersama. 
 
Pengasuhan Nabi Ibrohim :
1. Penguatan aqidah
2. ibadah, 
3. ahlak, 
4. lifeskill. 

7 tujuan pengasuhan anak laki2 : 
1. asuh menjadi hambah alloh yg taqwa, iman benar, ahlak mulia
 2.  Calon suami istri
 3. Calon ayah ibu
 4. Menjadi profesional; bisakah poin 1-3 dikerjakan oleh baby sitter, nenek?????
Untuk anak perempuan hanya sampai poin 1-4.

Untuk anak tujuan pengasuhan anak laki2 poin 1-4 plus :
 5. Pendidik
 6. Pengayom 
 7. Sebaik baik manusia yang bermanfaat bagi orang lain. 

Tidak ada superwoman; sukses sebagai istri, sebagai ibu, sebagai wanita karir. 

Pajak yg disumbangkan oleh seorang wanita kpd negara tidak ada ada artinya dibandingkan jika mendidik dan menghasilkan generasi yg tangguh. *tambahancopas*

Friday, January 30, 2015

Ingin menjadi mukmin yang diridhai Allah

Semenjak pernah bergabung dalam liqo, begitu banyak informasi yg tidak tahu menjadi tahu, terutama bagaimana cara kita menggapai ridho Allah, selebihnya bagaimana menjadi seorang mukmin. Dari hal kecil, hati, bagaimana seorang mukmin mengelola hati agar terjaga dari sikap yg tdk Allah ridhoi. 
Begitupun dalam berpakaian, aaah rasanya tertampar2 saat pembahasan masalah hijab, hijab bukanlah cerminan seseorang yg taat agama, tapi lebih kepada sikap utk memperbaiki diri sebagai seorang muslimah, dari situ lah ketika kita menjaga diri kita dari maksiat (menutup aurat) secara langsung hati dan pikiran pun berusaha menjaga sikap. Terlebih setelah mengikuti odoj yg tergabung dalam komunitas perantau ibu2 dubai, alhamdulillah alhamdulillah perlahan kebiasaan membaca quran satu hari satu juz ini menjadi rutinitas yg tdk ba ditinggalkan, bahkan kita jadi mengetahui waktu yg kita pakai utk odoj, kurang lebih 55 menit dgn tartil. Dan alhamdulillah ini sdh berlangsung sejak januari 2014, dan sudah 5 kali khatam akan khatam yg ke enam. Dan yang lebih  menguntungkan lagi dalam komunitas ini saling menyemangati antara sesama ivu2 odojer, jadi kami tidak jarang menghabiskan satu hari 3juz, subhannallah

“30 TAHUN MENDATANG ANAK KITA”


Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Jangan remehkan dakwah kepada anak-anak! Jika telah terikat hatinya dengan Islam, mereka akan mudah bersungguh-sungguh menetapi agama ini setelah dewasa. Jika engkau gembleng mereka untuk siap menghadapi kesulitan, maka kelak mereka tak mudah ambruk hanya karena langkah mereka terhalang oleh kendala-kendala yang menghadang. Tetapi jika engkau salah membekali, mereka akan menjadi beban bagi ummat ini di masa yang akan datang. Cemerlangnya otak sama sekali tidak memberi keuntungan jika hati telah beku dan kesediaan untuk berpayah-payah telah runtuh.


Maka, ketika engkau mengurusi anak-anak di sekolah, ingatlah sejenak. Tugas utamamu bukan sekedar mengajari mereka berhitung. Bukan! Engkau sedang berdakwah. Sedang mempersiapkan generasi yang akan mengurusi umat ini 30 tahun mendatang. Dan ini pekerjaan sangat serius. Pekerjaan yang memerlukan kesungguhan berusaha, niat yang lurus, tekad yang kuat serta kesediaan untuk belajar tanpa henti.


Karenanya, jangan pernah main-main dalam urusan ini. Apa pun yang engkau lakukan terhadap mereka di kelas, ingatlah akibatnya bagi dakwah ini 30 40 tahun yang akan datang. Jika mereka engkau ajari curang dalam mengerjakan soal saja, sesungguhnya urusannya bukan hanya soal bagaimana agar mereka lulus ujian. Bukan. Yang terjadi justru sebaliknya, masa depan umat sedang engkau pertaruhkan!!! Tidakkah engkau ingat bahwa induk segala dusta adalah ringannya lisan untuk berdusta dan tiadanya beban pada jiwa untuk melakukan kebohongan.


Maka, ketika mutu pendidikan anak-anak kita sangat menyedihkan, urusannya bukan sekedar masa depan sekolahmu. Bukan. Sekolah ambruk bukan berita paling menyedihkan, meskipun ini sama sekali tidak kita inginkan. Yang amat perlu kita khawatiri justru lemahnya generasi yang bertanggung-jawab menegakkan dien ini 30 tahun mendatang. Apa yang akan terjadi pada umat ini jika anak-anak kita tak memiliki kecakapan berpikir, kesungguhan berjuang dan ketulusan dalam beramal?


Maka..., ketika engkau bersibuk dengan cara instant agar mereka tampak mengesankan, sungguh urusannya bukan untuk tepuk tangan saat ini. Bukan pula demi piala-piala yang tersusun rapi. Urusannya adalah tentang rapuhnya generasi muslim yang harus mengurusi umat ini di zaman yang bukan zamanmu. Kitalah yang bertanggung-jawab terhadap kuat atau lemahnya mereka di zaman yang boleh jadi kita semua sudah tiada.


Hari ini, ketika di banyak tempat, kemampuan guru-guru kita sangat menyedihkan, sungguh yang paling mengkhawatirkan adalah masa depan umat ini. Maka, keharusan untuk belajar bagimu, wahai Para Guru, bukan semata urusan akreditasi. Apalagi sekedar untuk lolos sertifikasi. Yang harus engkau ingat adalah: “Ini urusan umat. Urusan dakwah.” Jika orang-orang yang sudah setengah baya atau bahkan telah tua, sulit sekali menerima kebenaran, sesungguhnya ini bermula dari lemahnya dakwah terhadap mereka ketika masih belia; ketika masih kanak-kanak. Mereka mungkin cerdas, tapi adab dan iman tak terbangun. Maka, kecerdasan itu bukan menjadi kebaikan, justru menjadi penyulit bagi mereka untuk menegakkan dien.


Wahai Para Guru, belajarlah dengan sungguh-sungguh bagaimana mendidik siswamu. Engkau belajar bukan untuk memenuhi standar dinas pendidikan. Engkau belajar dengan sangat serius sebagai ibadah agar memiliki kepatutan menjadi pendidik bagi anak-anak kaum muslimin. Takutlah engkau kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Sungguh, jika engkau menerima amanah sebagai guru, sedangkan engkau tak memiliki kepatutan, maka engkau sedang membuat kerusakan.


Sungguh, jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, tunggulah saatnya (kehancuran) tiba.


Ingatlah hadis Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallamsebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari:


ุฅِุฐَุง ุถُูŠِّุนَุชِ ุงْู„ุฃَู…َุงู†َุฉُ ูَุงู†ْุชَุธِุฑِ ุงู„ุณَّุงุนَุฉَ. ู‚َุงู„َ: ูƒَูŠْูَ ุฅِุถَุงุนَุชُู‡َุง ูŠَุง ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„ู‡ِ؟ ู‚َุงู„َ: ุฅِุฐَุง ุฃُุณْู†ِุฏَ ุงْู„ุฃَู…ْุฑُ ุฅِู„َู‰ ุบَูŠْุฑِ ุฃَู‡ْู„ِู‡ِ ูَุงู†ْุชَุธِุฑِ ุงู„ุณَّุงุนَุฉَ.



“Jika amanah telah disia-siakan, maka tunggulah hari Kiamat,” Dia (Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah menyia-nyiakan amanah itu?” Beliau menjawab, “Jika satu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah hari Kiamat!” (HR. Bukhari).



Maka, keharusan untuk belajar dengan sungguh-sungguh, terus-menerus dan serius bukanlah dalam rangka memenuhi persyaratan formal semata-mata. Jauh lebih penting dari itu adalah agar engkau memiliki kepatutan menurut dien ini sebagai seorang guru. Sungguh, kelak engkau akan ditanya atas amanah yang engkau emban saat ini.


Wahai Para Guru, singkirkanlah tepuk tangan yang bergemuruh. Hadapkan wajahmu pada tugas amat besar untuk menyiapkan generasi ini agar mampu memikul amanah yang Allah Ta'ala berikan kepada mereka. Sungguh, kelak engkau akan ditanya di Yaumil-Qiyamah atas urusanmu.


Jika kelak tiba masanya sekolah tempatmu mengajar dielu-elukan orang sehingga mereka datang berbondong-bondong membawa anaknya agar engkau semaikan iman di dada mereka, inilah saatnya engkau perbanyak istighfar. Bukan sibuk menebar kabar tentang betapa besar nama sekolahmu. Inilah saatnya engkau sucikan nama Allah Ta’ala seraya senantiasa berbenah menata niat dan menelisik kesalahan diri kalau-kalau ada yang menyimpang dari tuntunan-Nya. Semakin namamu ditinggikan, semakin perlu engkau perbanyak memohon ampunan Allah ‘Azza wa Jalla.


Wahai Para Guru, sesungguhnya jika sekolahmu terpuruk, yang paling perlu engkau tangisi bukanlah berkurangnya jumlah siswa yang mungkin akan terjadi. Ada yang lebih perlu engkau tangisi dengan kesedihan yang sangat mendalam. Tentang masa depan ummat ini; tentang kelangsungan dakwah ini, di masa ketika kita mungkin telah tua renta atau bahkan sudah terkubur dalam tanah.


Ajarilah anak didikmu untuk mengenali kebenaran sebelum mengajarkan kepada mereka berbagai pengetahuan. Asahlah kepekaan mereka terhadap kebenaran dan cepat mengenali kebatilan. Tumbuhkan pada diri mereka keyakinan bahwa Al-Qur’an pasti benar, tak ada keraguan di dalamnya. Tanamkan adab dalam diri mereka. Tumbuhkan pula dalam diri mereka keyakinan dan kecintaan terhadap As-Sunnah Ash-Shahihah. Bukan menyibukkan mereka dengan kebanggaan atas dunia yang ada dalam genggaman mereka.


Ini juga berlaku bagi kita.


Ingatlah do’a yang kita panjatkan:


"ุงู„ู„ู‡ُู…َّ ุฃَุฑِู†َุง ุงู„ุญَู‚َّ ุญَู‚ّุงً ูˆَุงุฑْุฒُู‚ْู†َุง ุงู„ุชِุจَุงุนَุฉَ ูˆَุฃَุฑِู†َุง ุงู„ุจَุงุทِู„َ ุจَุงุทِู„ุงً ูˆَุงุฑْุฒُู‚ْู†َุง ุงุฌْุชِู†َุงุจَู‡ُ"


“Ya Allah, tunjukilah kami bahwa yang benar itu benar dan berilah kami rezeki kemampuan untuk mengikutinya. Dan tunjukilah kami bahwa yang batil itu batil, serta limpahilah kami rezeki untuk mampu menjauhinya.”



Inilah do’a yang sekaligus mengajarkan kepada kita agar tidak tertipu oleh persepsi kita. Sesungguhnya kebenaran tidak berubah menjadi kebatilan hanya karena kita mempersepsikan sebagai perkara yang keliru. Demikian pula kebatilan, tak berubah hakekatnya menjadi kebaikan dan kebenaran karena kita memilih untuk melihat segi positifnya. Maka, kepada Allah Ta’ala kita senantiasa memohon perlindungan dari tertipu oleh persepsi sendiri.


Pelajarilah dengan sungguh-sungguh apa yang benar; apa yang haq, lebih dulu dan lebih sungguh-sungguh daripada tentang apa yang efektif. Dahulukanlah mempelajari apa yang tepat daripada apa yang memikat. Prioritaskan mempelajari apa yang benar daripada apa yang penuh gebyar. Utamakan mempelajari hal yang benar dalam mendidik daripada sekedar yang membuat sekolahmu tampak besar bertabur gelar. Sungguh, jika engkau mendahulukan apa yang engkau anggap mudah menjadikan anak hebat sebelum memahami betul apa yang benar, sangat mudah bagimu tergelincir tanpa engkau menyadari. Anak tampaknya berbinar-binar sangat mengikuti pelajaran, tetapi mereka hanya tertarik kepada caramu mengajar, tapi mereka tak tertarik belajar, tak tertarik pula menetapi kebenaran.



 

***


Jangan sepelekan dakwah terhadap anak! Kesalahan mendidik terhadap anak kecil, tak mudah kelihatan. Tetapi kita akan menuai akibatnya ketika mereka dewasa. Betapa banyak yang keliru menilai. Masa kanak-kanak kita biarkan direnggut TV dan tontonan karena menganggap mendidik anak yang lebih besar dan lebih-lebih orang dewasa, jauh lebih sulit dibanding mendidik anak kecil. Padahal sulitnya melunakkan hati orang dewasa justru bersebab terabaikannya dakwah kepada mereka di saat belia.


Wallahu a’lam bish-shawab. Kepada
 Allah Ta’ala kita memohon pertolongan.
trus trus td.liat ada anak2 yg tiap ngomong kyk fizzi di ipin upin๐Ÿ˜…
malaysiaaaa bgt... lucu tp miris๐Ÿ˜…๐Ÿ™ˆ

" kalau masih bisa tertib pada rambu lalu lintas, kenapa harus dilanggar?"


Banyak yang bisa saya lihat saat sedang berkendara dijalan, dan dari banyak hal itu setidaknya begitu banyak yang menjadi bahan renungan bagi saya sendiri. Mulai dari betapa mirisnya tentang tidak tertibnya masyarakat negara ini. Saya yang pernah merasakan tinggal di negara lain kurang lebihnya bisa merasakan bagaimana hidup dinegara yang patuh pada aturan.
Hal yang mendasar banget deh di jakarta ini, menerobos lampu merah, berhenti tidak dibelakang zebra cross, melempar sampah dijalan, mobil yang ada stiker angkatan darat  dan sejenisnya bisa seenaknya mengklakson tidak sabaran, motor yang melawan arah, metro angkot yang saling menyalip...Ya Allah.. Apa gerangan yang membuat hati dan pikiran orang2 dijalanan seperti ini. 
Jadi sempat teringat, untuk displin tidak dimulai dengan kesadaran tapi KETEGASAN! Sayangnya ketegasan yang ada tidak permanen, sifatnya hanya sekali dua kali selebihnya longgar lagi dari pengawasan. 

Sebagai penumpang saya selalu bawel ke suami yg memegang kendali, saat lampu kuning mau merah, saya beri aba2 utk berhenti walau kendaraan dibelakang kami mengklakson terus menerus, bahkan 
Saat berhenti saya menginstruksi  sebisa mungkin kendaraan harus berada dibelakang zebra cross. Saya membawa anak2, dan sebisa mungkin saya ingin menunjukan bahwa orangtuanya patuh pada rambu lalulintas, secara tidak langsung kami sedang berupaya melatih mereka untuk berdisiplin dan patuh rambu saat berkendara dijalan, buaaaaaaaang semua rasa egois saat dijalan walaupun udh kepepet sekalipun, kelak suatu saat mereka harus hidup dinegara yang taat aturan mereka akan terbiasa terlatih sejak dini, bukan karena paksaan takut ditilang, tapi benar2 menumbuhkan kesadaran hidup berdisplin. Makanya kalau ada yang bilang "aturan kan dibuat untuk dilanggar" .... Pengen nangis kalau udh ada yang bilang kaya gitu, mas mba bapak ibu, sekolahnya dimana siiih..? Cape2 sekolah tinggi hasilnya cuma ngebentuk mental ngeles!!๐Ÿ˜ซ๐Ÿ˜ซ๐Ÿ˜ซ๐Ÿ˜ฉ๐Ÿ˜ฉ๐Ÿ˜ฉ๐Ÿ˜ฉ๐Ÿ˜ฉ
Gak usah lah ikut2an kendaraan lain yang saat lampu kuning mau merah msh menerobos jalan dan pelanggaran lainnya, lantas apa bedanya kita sm mereka yg melanggar, sama2 bodoh sih iyaaa...

Ketika orangtua tidak fokus pada kebaikan anak maka yang terjadi.....


Kasus pertama, Siang hari kami berkunjung ke rumah teman acha, siang itu acha mencoba makan permen karet yang dikasih sama temennya, otak saya pun terprogram dengan berbagai aturan mainnya, bahwa boleh makan permen tetapi saat manisnya hilang silakan dibuang dan tidak untuk ditelan. Acha yang memang baru pertama kali memakan permen karet begitu antusias dan penasaran, warning kedua pun dilakukan saat acha mulai mengunyah permen. Dan begitulah anak, semakin dilarang akan semakin dilakukan untuk menjawab rasa penasarannya, ternyata permen karet ditelannya, betapa ingin marahnya saya saat itu, sambil berusaha membuang energi negatif saya pun tidak ingin berlama2 disamping acha, dan acha pun ditenangkan oleh bunda2 yg lain. Dirumah ternyata kekesalan pun belum selesai, saya dengan mudah masih menyalahkan acha, karena tidak mau mendengarkan kata2 saya. Sambil mencari info ttg permen karet yang tertelan, saya pun sedikit tenang, karena seingat saya dulupun saya pernah menelan permen karet tanpa sengaja. 

Kasus kedua, sore hari saya sengaja membawa serta anak2 ke tempat toko kado untuk mencari kado temannya noah yang ulang tahun. Sesampainya ditoko acha pun memohon untuk dibelikan kitchen set yang dipotong dari hasil uang tabungannya yang rencana akan dibelikan jaket frozen. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya saya pun mengiyakan. Sementara noah meminta mainan yang sama dengan mainan yang akan diberikan untuk teman2nya. Pulang pun masing2 mereka membawa mainan yang sudah dipilih sesuai keinginannya. Sampai dirumah betapa bahagianya anak2 dengan mainannya masing2, dan istilah rumput kakak lebih bagus daripada rumput adik pun terjadi, noah ternyata lebih tertarik dengan mainan acha yang ada suara dan lampu2nya, karena merasa digangu acha pun berusaha menghardik noah agar menjauh darinya. Melihat pertikaian itu saya berusaha menenangkan kedua anak ini, sambil berkata, kan main bareng bisa kaaan. Pertikaian tidak terhenti, sampai akhirnya acha mendorong noah hingga jatuh, dan noah yang saat jatuh masih memegang mainannya terjatuh dan terbanting hingga patah kedua roda mobilannya. Saya pun mulai terpancing untuk mengeluarkan berbagai kata2 peluapan emosi. Dan keduanya kena marah, terlebih acha karena sudah mendorong noah.

Seharusnya tidak seperti itu yang terjadi kalau...

Kasus 1, pagi hari saat bangun tidur disambut dengan pelukan, acha yang memang tipe introvert entah mengapa pagi itu baru bercerita, kalau sebenarnya dia gak sengaja tertelan permen karet saat ingin membuat gelembung balon, dan acha pun sebenarnya juga takut kenapa2 saat menelan permen karet itu. Cobaaaaaa saya bisa lebih bijak mengatur emosi, saat saya diem dan marah ke acha sebenarnya acha sudah menunjukan rasa bersalah dan ketakutan, tapi lagi saya melakukan kesalahan untuk tidak berusaha mencari kebaikan acha saat acha melakukan kesalahan. Semoga bisa menjadi pelajaran untuk kasus selanjutnya, sambil saya berkata, bicaralah cha apapun itu bicara sampaikan kepada mamah kalau kamu tidak sengaja tertelan permen karet ... Dan lagi ampuni saya ya Allah .....

Kasus kedua.. Harusnya saya memahami, untuk memisahkan acha dan noah saat bermain, karena acha masih begitu antusias dan bahagia dengan mainan barunya, harusnya saya membiarkan acha bermain sendiri dulu sepuasnya tanpa intervensi noah, tapi lagi saya melakukan kesalahan untuk mengijinkan noah menganggu kakaknya. Dan ketika sampai kejadian noah didorog acha, itu karena reflek sebagai bentuk protes acha kalau mamahnya tidak berusaha membantu acha agar menjauhkan noah darinya, harusnya saya yang menemani noah bermain mobil2an tapi saat itu saya malah sibuk sendiri di dapur menyiapkan makan malam. Dan lagi atas kejadian itu saya malah marahin acha atas penyebab jatuhnya noah dan rusaknya mainan noah. Dan lagi saya meminta maaaaaaf sama acha, ampuni saya Ya Allah yang telah zholim sama anak2 ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ.
Itulah kenapa kita perlu melatih diri untuk  berfokus melihat kebaikan anak pada saat anak melakukan kesalahan, tidak semata2 menghakimi anak tanpa anak bisa membela dirinya. 
#selfremainder

Ini kisahku saat kecil dulu

Teringat ketika saya kecil, saya yang tidak pernah mengenyam TK betapa bangganya ketika harus menggenakan seragam putih merah, lengkap dengan dasi dan topi, betapa haru ketika memasuki gedung sekolah yang berbentuk U itu lengkap dengan lapangan yang ditengah2nya berdiri tegak tiang bendera.. Wooh inilah sekolah pikir saya bahagia.
Selesai berkenalan dengan sekolah, tiba saatnya masuk ke dalam kelas yang cukup menciutkan nyali, bagaimana tidak dikelas itu ada banyak anak lain rupanya dengan wajah2 polos mereka. Sekitar 40 anak dalam satu ruangan yang didepannya berdiri seorang guru yang mungkin tingginya hanya 150cm, dengan papan tulis besar berwarna hitam, sementara penggaris kayu ditangan kiri dan kapur putih ditangan kanan. Setiap kami berisik, tak segan2 penggaris itu beradu dengan meja ataupun papan tulis yang membuat sesisi ruangan kaget dan terdiam.
Dalam satu hari disekolah terpampang sudah huruf dan angka dipapan tulis, hingga saya pun pulang dengan perasaan cukup puas karena saya mendapatkan apa yang saya inginkan disekolah yaitu punya teman banyak. Hari kedua masih sama seperti kemarin, namun keriuhan kembali terjadi, rupanya masih ada banyak teman2 saya yang nangis yang usil yang ribut dengan segala rupa tingkah lakunya, dan kembali guru menabrakan pengaris kayunya ke papan sebagai tanda pentertiban. Hari ketiga mulai lah hati saya dibuat menciut, tes pun dimulai, saya yang belum bisa membaca diusia saya yang 6tahun itu dibuat bersedih karena harus menerima bulatan besar didalam sebuah kertas ulangan bahasa, lantas sayapun menyerahkan ke ibu dan ibu berkata bahwa nilai tes bahasa saya nol, apapun itu saya tidak terlalu merisaukannya karena saya belum mengerti arti angka tersebut.
Hari ke hari saya disekolah SD mulai sedikit menjenuhkan, dengan tes dan PR setiap hari sementara tak bosan2nya guru memberi angka bulatan besar pada lembar tes saya, dan lagi saya menyerahkannya kepada ibu dengan ekspresi datar ibu pun berkata "nol" , namun kali ini saya punya ide untuk memberi hiasan pada angka nol itu, saya beri mata hidung dan bibir, setidaknya saya berharap ibu tidak bosan melihat lembar tes saya yang selalu berangka bulatan besar.
Sekian lama duduk di bangku SD kelas 1 saya mulai merasakan kejenuhan, kala guru mulai hilang kesabaran menghadapi anak muridnya yang gagal mengerti apa yang diharapkan oleh gurunya. Sehingga tidak jarang guru mulai menjewer dan bernada keras kepada kami. Singkat cerita saya pun mulai lancar membaca, 3bulan pertama di SD pembagian raport pun dilakukan, alangkah sedihnya ekspresi ibu kala melihat isi raport saya yang berwarna merah untuk bahasa dan matematika. Seketika saya diminta untuk lebih rajin belajar, dan saya pun semakin mulai tidak betah berlama2 duduk dikelas berusaha mendengar dan mengerti maksud guru. Sungguh ini tidak mudah untuk saya, hingga saya pun berhasil duduk dikelas 2 SD, dan lagi saya pun bergumam walau beda guru tapi belajar itu sungguh tidak menyenangkan, selama duduk dikelas saya hanya diminta untuk mendengarkan guru lalu latihan soal dan PR. Seketika pandangan saya berubah tentang sekolah, betapa tidaklah menyenangkan disekolah itu bu, saya lebih sering dituntut untuk duduk manis tidak ribut dan mengerjakan apa perintah guru, tanpa guru itu mau mendengarkan apa keinginan saya. 
Dikelas 2 lah imajinasi saya mulai muncul, saya kan hanya diminta untuk duduk manis dan tidak berisik, maka mulai lah tangan saya menari indah di atas kertas, buku tulis yang seharusnya dipakai untuk belajar saya gunakan untuk mengambar apaaaaaa saja yang ada dibenak, wow ini sungguh menyenangkan pikir saya. Hari ke hari dan seterusnya, saya semakin asik menggambar, hingga mulailah terbesit ide untuk menggambar denah rumah, karena saya begitu menginginkan punya rumah yang menurut ideal saya saat itu rumah bertingkat sangat mewah dan indah untuk saya berlari naik turun tangga, saya menentukan dimana layaknya letak kamar mandi yang seharusnya berada, dimana kamar ayah dan ibu saya, kamar kaka dan adik serta dapur yang lengkap dengan lemarinya, satu hal yang saya masih ingat kala itu saya selalu mengambar denah rumah lengkap dengan piano nya, ya saya kecil memang ingin sekali bisa mendapat kesempatan bermain piano, tapi saya cukup sadar diri untuk tidak menuntut ayah saya yang hanya seorang PNS.
Hari ke hari dikelas 2SD saya semakin rajin mengambar denah rumah, hingga suatu hari guru tahu dan menegur saya, lantas melaporkannya pada ibu, betapa sedihnya ketika itu saya dinyatakan tidak serius di dalam kelas, maka pelajaran matematika saya tertinggal karena tidak pernah memperhatikan guru, dan saat itu pun saya dinyatakan tidak pandai matematika.
Naik kelas 3SD, rupanya pelajaran matematika mulai menguras otak saya untuk berpikir, sambil saya tetap meneruskan kegemaran saya membuat denah dan tidak tanggung2 kali ini dalam sehari saya bisa menghabiskan 1buku untuk sekedar mengambar denah yang berbeda2, wow betapa menyenangkan sekali. Pelajaran matematika saat itu semakin membuat kepala saya pusing, bagaimana tidak dalam hitungan bulan saya yang sudah dinyatakan tidak pandai matematika tetapi masih harus dituntut untuk bisa maka yang terjadi adalah berusaha melepaskan diri dari pelajaran matematika. Di benak saya yang ada saat itu setiap kali pelajaran matematika adalah saya ijin minta pulang, bayangkan anak SD kelas 3 sudah bisa berbohong hanya untuk menghindari matematika. Ya saya begitu pandai berbohong untuk sekedar melarikan diri dari sesuatu yang  membuat kepala saya pusing. Hingga akhirnya guru pun kembali memanggil ibu saya, dan sekali lagi saya pun dituntut untuk lebih rajin belajar. Tanpa bisa mengelak, saya pun berusaha menjadi anak baik tanpa menemukan solusi bagi diri sendiri, saya pun berubah menjadi anak yg penurut, dan kegiatan menggambar denah itu terhenti saat saya kelas 4SD. Dunia saya seketika berubah menjadi seorang anak yang baik dan berusaha menuruti perintah ibu dan guru. Dan saya merasa kreatifitas saya hilang semenjak saya semakin rajin mengikuti pelajaran disekolah. Angka2 yang saya bawa pulang ke rumah bukan lagi angka nol besar dkk, tetapi diatas angka 6 semua, saya pun bisa mengerjakan matematika dengan nilai cukup.
Ya mungkin dengan seperti ini setidaknya guru dan orangtua saya pun puas, sementara kemampuan saya menggambar denah pun hilang begitu saja, dan entahlah kemana pergi nya buku2 yang berisi denah rumah buatan saya, mungkin kalau saat ini masih ada betapa bahagianya saya bisa menunjukan kepada anak2 saya betapa saya dulu sangat senang menggambar denah.
Tingkat SMP pelajaran yang paling sulit seumur hidup saya adalah matematika, ditambah lagi mendapat guru yang alhamdulillah senangnya menghukum murid ketika mendapat nilai merah, kenyataan pahit pun harus saya alami selama 3tahun itu, dan lagi label "tidak pandai matematika" telah tertanam kuat pada diri saya, semakin saya dituntut utk bisa matematika semakin ingin berusaha menghindar jadinya. Dan lagi solusi pun tidak pernah saya temukan bagaimana caranya agar saya bisa dengan ikhlas menyukai matematika. Tingkat SMU pun saya tempuh, hehe dan lagi semakin saya menghindar semakin sulit rasanya, di SMU saya harus menyadari kembali saya bertemu dengan guru yang agak super dalam mengajar, super strange maksudnya, dengan keadaan pasrah saya pun berusaha menjalani. 
Hingga sampailah ke jenjang kuliah dan berumahtangga hingga sekarang, tak kala mengingat itu lantas saya pun berpikir adakah selama saya menempuh pendidikan selama itu yang membuat saya merasa butuh dan perlu dengan semua pelajaran yang telah dijejalkan ke otak saya? Untuk beberapa keterampilan iyaa memang masih tersimpan rapi dalam memori, selebihnya hapalan dll tidak pernah tersimpan rapi dalam memori, ketika saya dituntut belajar dan sistem kebut semalam kala menghadapi ujian maka yang terjadi adalah semua ini demi nilai, otak saya terfokus untuk mendapatkan nilai agar kelak saya lulus dengan hasil terbaik, dibanggakan dirumah ditetangga bahkan disekolah, hingga kini saya merenung, adakah sekolah menjadi kebutuhan batin saya saat itu kala tujuan yang saya utamakan adalah nilai yang bagi saya pribadi adalah untuk memuaskan orangtua dan guru? Adakah saya masih menyimpan rumus ini itu, UUD ini itu, teori ini itu, perjanjian ini itu dalam otak saya? Dan kembali saya berpikir, bahwa sekolah itu iyaa harus dan penting, tapi ketika sekolah hanya menuntut saya untuk pintar dan bagus dalam nilai sementara kreatifitas saya dimatikan krn bukan itu yang dibutuhkan sekolah dan orangtua, maka yang terjadi adalah saya terbentuk sebagai karakter follower, nurut, menjadi anak baik, bisa mengerjakan soal dengan bagus dan mendapatkan nilai tertinggi untuk kemudian dibanggakan disekolah dan ditetangga serta disaudara....
Butuh bertahun2 untuk menemukan kembali karakter diri, ketika semakin banyak referensi dibaca bahwa oooh yah saya bukanlah saya yang dulu, dan baru saat inilah pikiran itu kembali terbuka dan semakin saya membuka diri, rasa percaya diri itu semakin muncul. Sudah cukuplah saya berada di zona yang saya sendiri tidak nyaman, ketika saya berusaha mencoba kembali berdamai dengan diri sendiri dan masa lalu, seketika diri ini kembali memunculkan berbagai imajinasi yang dulu sempat dimatikan, rasa penasaran yang dulu belum terjawab sambil berjalannya waktu, saya coba kembali memulainya kembali untuk menemukan jawabannya.
Dan lagi ini akan menjadi pengalaman saya seumur hidup, hingga rasanya tak ingin melakukan hal yang sama kepada anak2 saya kelak, bahwa menuntut ilmu itu harus, tetapi tidaklah harus sekolah mematikan imajinasi mu kreatitifitasmu hanya demi tuntutan nilai semata yang saya sendiri tidak tahu nilai2 yang tertera di raport dan nem itu apa berlaku saya gadaikan untuk mendapatkan kembali kreatifitas dan imajinasi saya yang dulu pernah hilang..
Dan kembali saya merenung bahwa cukuplah saya yang merasakan ketika sekolah bukanlah tempat yang cukup menyenangkan bagi saya sehingga pergi sekolah bukan menjadi kebutuhan tetapi kewajiban yang saya sendiri tidak mengerti arah dan tujuan saya saat harus bersekolah.
Anak2ku... Yang aku inginkan adalah memahami mu sebagai seorang anak yang terlahir dalam keadaan suci, aku hanya ingin melihat mu tertawa dan tersenyum puas saat berangkat dan kembali dari sekolah, bercerita tentang ini dan itu yang kalian lakukan bersama teman2, tentang kehidupan alam yang jawabannya dapat kalian temukan dengan menyaksikan langsung, bukan dari buku dan bukan dari cerita guru. 
Anak2ku.. Yang aku inginkan adalah senyum dan ekspresi puas saat kalian menunjukan gambar apapun yang kalian gambar, menunjukan dan menceritakan kembali apa yang kalian dapatkan pelajaran hidup dari alam, bagaimana ketika kalian berhasil menanam merawat dan memanen sayuran yang kalian dapat ilmunya dari sekolah, memasak dan membuat makanan yang kalian lakukan sendiri, dan saat kalian harus berkonflik dengan teman dan berhasil menyelesaikannya sendiri.
Anakku.. Karena belajar itu bukan dari sebuah nilai dikertas ulangan, tetapi belajar itu saat kalian bisa bersikap berbuat dan melakukan segala seuatu yang kalian butuhkan dan kelak kalian manfaatkan untuk hidup kalian nanti. Mamah tidak selalu bisa mendampingi kalian selamanya, saat itulah ilmu pelajaran hidup yang kalian dapatkan disekolah benar2 bermanfaat untuk hidup kalian. 
Anak2ku.. Bereksperimenlah...berkreasilah...bernyanyilah.. Berlarilah..berkawan lah..berorganisasilah.. Tertawa...tersenyum...lakukanlah apapun yang ingin kalian lakukan selama tidak merugikan orang lain dan melanggar norma agama dan negara... Dan ceritakanlah kepadaku tentang bahagia dan indahnya duniamu nak.

Rutinitas cerita pengantar tidur

Kala si kecil terlelap bersama papahnya. sementara saya dan kakak msh terjaga, lalu kami pun secara naluri menghabiskan waktu bersama, berpelukan, bercerita, curhat, tanpa terasa kakak pun terlelap ditemani kisah "nisa dan milo" ๐Ÿ˜„. Entah darimana saya bisa mendapat ide kisah "nisa dan milo" nisa yang diperankan sebagai anak SD kelas 1 sementara milo seekor kucing lucu yang tanpa sengaja ditemukan nisa diselokan got yang hampir saja mati. Singkat cerita nisa dan milo pun bersahabat dengan akrab, dan mulailah kisah mereka dimulai, biasanya saya selalu menyelipkan pesan moral dalam setiap cerita khayalan saya yg idenya datang secara tiba2. Mulai dari "tdk berkelahi, sayang binatang, pintar mengelola uang, gara2 nisa lupa dan sebagainya, yang saya kemas dengan bahasa sederhana dan gaya hidup sehari2. 
Alhamdulillah, jelang tidur sehabis berdoa, rasanya kakak tdk lupa dengan antusias meminta saya bercerita kisah nisa dan milo. Hampir   2tahun sudah kegiatan bercerita menjelang tidur ini selalu kami lakukan, ide cerita tanpa rencana, namun ternyata jika kita melakukan sesuatu yg niatnya baik untuk anak, ternyata ilham itu tdk sulit didapat. Sebelum nisa ada kisah "dodo" yang saya ambil dari serial anak muslim, lalu si kancil serial fabel yang enerjik, dan sekarang giliran persahabatan seorang anak manusia dengan binatang. Hmm entahlah esok akan ada ide apalagi ya???
Sungguh saya selayaknya manusia biasa kadang didera rasa lelah yang sangat hingga tak jarang kelelahan membuat saya tidur duluan dibanding kakak, alhamdulillah kami saling mengisi, papahnya pun bertugas gantian yang bercerita kala saya tertidur duluan, yah walau kata kaka cerita papah tidak menarik ๐Ÿ˜, yg penting papahnya sdh mau usaha yah ka. Kami berbagi tugas dalam bercerita, dalam keadaan bermain pun papahnya selalu bercerita tentang kandungan2 dalam surat al quran ataupun kisah nabi, walau bercerita sambil bermain, kami yakin koq anak2 itu pendengar yang terbaik, tangan dan mata mereka bermain tapi telinga mereka mendengar.
Kegiatan ini mengingatkan saya kecil dulu, yang selalu diceritakan oleh ibu kala tidur siang, ibu selalu bercerita ttg kisah monyet mencuri cabe ๐Ÿ˜bahkan ibu selalu menyanyikan kami lagu ciptaan nya "si upi dan si titi" dan itulah yang kami (anak2nya) rekam dan simpan dalam memori kami hingga saat ini, tidak lupa kadang lagu ciptaan ibu itu saya nyanyikan kembali utk anak2 saya.. ๐Ÿ˜Š
Sungguh, anak2 kita tidak butuh mainan mahal, tidak butuh baju dan pernak pernik yang mahal, mereka hanya butuh waktu kita, mereka hanya butuh suara dan kata2 kita orangtuanya. Berceritalah.. Ceritakan apapun itu yang ada dibenak kita, isilah batin anak2 kita dengan hal dan pesan positif.

Cintai anak mu untuk selamanya


Copas dari grup smart parents 
Pada saatnya anak-anak akan pergi, meninggalkan kita, sepi... 

Mereka bertebaran di muka bumi untuk melaksanakan tugas hidupnya; berpencar, berjauhan. 
Sebagian di antara mereka mungkin ada yang memilih untuk berkarya dan tinggal di dekat kita agar berkhidmat kepada kita. 
Mereka merelakan terlepasnya sebagian kesempatan untuk meraih dunia karena ingin meraih kemuliaan akhirat dengan menemani dan melayani kita. 

Tetapi pada saatnya, kita pun akan pergi meninggalkan mereka. 
Entah kapan. 
Pergi dan tak pernah kembali lagi ke dunia ini....

Sebagian di antara kematian adalah perpisahan yang sesungguhnya; berpisah dan tak pernah lagi berkumpul dalam kemesraan penuh cinta. 
Orangtua dan anak hanya berjumpa di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala, saling menjadi musuh satu sama lain, saling menjatuhkan. 
Anak-anak yang terjungkal ke dalam neraka itu tak mau menerima dirinya tercampakkan sehingga menuntut tanggung-jawab orangtua yang telah mengabaikan kewajibannya mengajarkan agama.

Adakah itu termasuk kita? 
Alangkah besar kerugian di hari itu jika anak dan orangtua saling menuntut di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala.

Inilah hari ketika kita tak dapat dibela pengacara, dan para pengacara tak dapat membela diri mereka sendiri. 
Lalu apakah yang sudah kita persiapkan untuk mengantarkan anak-anak pulang ke kampung akhirat? 
Dan dunia ini adalah ladangnya...

Sebagian di antara kematian itu adalah perpisahan sesaat; amat panjang masa itu kita rasakan di dunia, tapi amat pendek bagi yang mati. 
Mereka berpisah untuk kemudian dikumpulkan kembali oleh Allah Jalla wa 'Ala. Tingkatan amal mereka boleh jadi tak sebanding. 
Tapi Allah Ta'ala saling susulkan di antara mereka kepada yang amalnya lebih tinggi.

Allah Ta'ala berfirman:

"ูˆุงู„ุฐูŠู† ุขู…ู†ูˆุง ูˆุงุชุจุนุชู‡ู… ุฐุฑูŠุชู‡ู… ุจุฅูŠู…ุงู† ุฃู„ุญู‚ู†ุง ุจู‡ู… ุฐุฑูŠุชู‡ู… ูˆู…ุง ุฃู„ุชู†ุงู‡ู… ู…ู† ุนู…ู„ู‡ู… ู…ู† ุดูŠุก ูƒู„ ุงู…ุฑุฆ ุจู…ุง ูƒุณุจ ุฑู‡ูŠู†"

"Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya." 

(QS. Ath-Thuur, 52: 21).

Diam-diam bertanya, adakah kita termasuk yang demikian ini? 
Saling disusulkan kepada yang amalnya lebih tinggi. 
Termasuk kitakah?

Adakah kita benar-benar mencintai anak kita? 
Kita usap anak-anak kita saat mereka sakit. 
Kita tangisi mereka saat terluka. 
Tapi adakah kita juga khawatiri nasib mereka di akhirat? 
Kita bersibuk menyiapkan masa depan mereka. 
Bila perlu sampai letih badan kita. 

Tapi adakah kita berlaku sama untuk "masa depan" mereka yang sesungguhnya di kampung akhirat?

Tengoklah sejenak anakmu. 
Tataplah wajahnya. Adakah engkau relakan wajahnya tersulut api neraka hingga melepuh kulitnya? 
Ingatlah sejenak ketika engkau merasa risau melihat mereka bertengkar dengan saudaranya. 
Adakah engkau bayangkan ia bertengkar denganmu di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala karena lalai menanamkan tauhid dalam dirinya?

Ada hari yang pasti ketika tak ada pilihan untuk kembali. 
Adakah ketika itu kita saling disusulkan ke dalam surga atau saling bertikai?

Maka, cintai anakmu untuk selamanya! 
Bukan hanya untuk hidupnya di dunia. 
Cintai mereka sepenuh hati untuk suatu masa ketika tak ada sedikit pun pertolongan yang dapat kita harap kecuali pertolongan Allah Ta'ala. 
Cintai mereka dengan pengharapan agar tak sekedar bersama saat dunia, lebih dari itu dapat berkumpul bersama di surga. 
Cintai mereka seraya berusaha mengantarkan mereka meraih kejayaan, bukan hanya untuk kariernya di dunia yang sesaat. 
Lebih dari itu untuk kejayaannya di masa yang jauh lebih panjang. 
Masa yang tak bertepi.
(Mohammad Fauzil Adhim)
nyessss