Thursday, October 23, 2014

Bahagia itu....

Adakah dirimu bisa menjadi bahagia saat bisa membuat orang lain bahagia... 

Entahlah hari ini secara spontan, saya dan anak2 mengajak serta mbak dan anaknya sekedar menyusuri pasar krangan yang saya sendiri baru pertama kali menginjakan kaki disana. Entahlah apa yang ada dipikiran saya, bermodalkan uang 300rb lantas apa bs memenuhi keinginan utk anak2, mbak dan bahkan saya sendiri. Bukan apa2 sudah lama saya sangat ingin membelikan mbak sepatu, mengingat mbak setiap kamis selalu mengikuti senam aerobik gratis dilapangan dekat rumah. Alangkah tersentuhnya hati ketika melihat sepatu yang mbak pakai sudah mengangga bahkan tak layak pakai, namun mbak lebih memilih memakai sepatu itu dibanding tidak sama sekali. Sayangnya saya sendiri pun tak punya sepatu sport, kalaupun ada pasti sudah saya berikan.

Singkat cerita akhirnya rejeki pun datang, papahnya yang kebetulan dapat bonus dari project kantornya, walau tidak banyak saya pikir ini mungkin rejekinya si mbak. Saya pun lalu mengajak ya ke pasar bersama2, tapi begitu sampai pasar bukanlah sepatu yang mbak pilih, tetapi pakaian dalam. Rupanya mbak lebih butuh barang itu dibanding sepatu yang menurut saya sudah tidak bisa dipakai lagi. Lalu saya melihat lagi uang dalam gengaman saya, sambil saya manahan keinganan saya utk sekedar membeli sebuah hijab baru. Dan saya coba tawarkan kembali utk mengambil serta pakaian dalam dan sepatu, tapi lagi mbak menolak, dia lebih memilih membelikan pakaian dalam utk anaknya yang baru masuk SMP, aah saya pikir biarlah mbak memilih barangnya sendiri karena mbak lah yang mengerti kebutuhannya. Akhirnya pun mbak dapat barang utk dirinya dan kedua anaknya. Anak2 saya pun tidak ketinggalan dapat bagian juga sepasang baju, dan alhamdulillah lagi saya pun msh bs mendapat sepasang hijab baru. Rupanya uang msh bersisa, kami pun lantas mengisi perut sejenak sekedar makan bakso dan minum es teh. Melihat mbak bs belanja, terlihat aura yang sangat menyenangkan, padahal apa sih pakaian dalam, berapa sih harganya yang kalau kita sendiri mungkin bisa membelinya sesering mungkin. Ya seperti itulah hidup, kecil bagi kita namun terasa besar bagi orang lain.  Seperti tang sudah2, ada rasa haru dan bahagia dalam diri saya, ketika saya bisa sedikit memberikan kebahagiaan untuk yang lain. Dan lagi, pasarlah memang tempat belanja murah dan berkualitas, 300ribu rupiah yang mungkin bagi orang lain bisa dihabiskan dalam hitungan menit di restoran, tapi bagi saya 300rb yang amat begitu besar nilainya bisa memberikan banyak manfaat besar. Alhamdulillah, satu pelajaran lagi yang saya dapat dari pengalaman ini, bahwa bahagia itu adalah ketika bisa memberikan sedikit kebahagiaan untuk orang lain. 

Thursday, October 16, 2014

Berbaik sangka terhadap Allah swt

Jelang 3-4bulan untuk menempati baitijannah rupanya masih harus melewati beberapa tantangan lagi. Kenapa saya bilang tantangan, karena yg bermain disini bukan hanya hati perasaan dan fisik tapi juga tingkat keimanan kita. 
Bisa dapat kontrakan yang rute nya gak jauh dari sekolah acha kurang lebih 15menit berjalan kaki, sangat memudahkan saya, terutama dalam pemanfaatan waktu. Saya lebih banyak punya waktu luang tanpa membuang2 waktu dimacetnya jalanan raya. Rumah yang cukup nyaman, lega dan bersih walau tanpa garasi dan air yang agak sedikit kuning, tapi tidak menghalangi rasa syukur kami. Ini sudah lebih dari cukup, bisa mengontrak rumah terpisah dari orangtua dan bebeas menetukan pola dan karakter dirumah sendiri tanpa intervensi dari pihak lain 😎.
Singkat cerita, kami yang hanya mengambil sewa ini hanya 6 bulan disesuaikan dengan tahap pembangunan rumah yang diprediksi akan selesai dalam waktu tersebut, dan juga perjanjian dengan pihak penyewa kalau kami boleh memperpanjang lagi.
5bulan sudah berlalu, rupanya rumah yg kami sewa tidak bisa diperpanjang karena akan ditempati, hmm yg ada diotak saat itu adalah " lelah" lelah krn harus mengemas barang lagi mengangkut merapikan dan menyusunnya kembali, lelah kala harus membayangkan bongkar pasang ac yg memakan biaya, lelah juga karena kemana saya harus mencari rumah sewa yg seperti ini, 1rumah yg memang utk 1keluarga..
Dengan sedikit kecewa tapi ya sudahlah toh ini semua juga sudah atas kehendak Allah, mulai lah keesokan hari saya ditemani si mbak mencari info, alhamdulillah langsung ditunjukan 1rumah dengan halaman luas dan rumah yang cukup lega. Begitu  dilihat, walau tempatnya agak lembab dan sedikit rimbun dipikir dalam hati tidak papa yg penting ada 1pegangan utk jaga2, rumah yg didepannya kebun pisang sdh terbayang dikepala saya betapa akan sepi nya kalau sampai tinggal disini πŸ˜–. Begitu masuk kedalam, masha allah, kondisinya sudah tidak layak karena bekas ditempati selama 8 tahun oleh orang lain dan selama itu belum direnovasi sama sekali, kebayang kan yah 8 tahun yang begitu menyimpan banyak kisah dirumah itu. Mulailah terjadi perdebatan dengan suami yang sepertinya beliau memilih rumah tersebut karena terpaksa, sementara saya tidaaak mau, ditambah rute sekolah anak akan semakin jauh dan mau tidak mau antar jemput ojek.
Keesokan harinya saya dapati lagi kontrakan, tapi model petakan, cukup bagus karena bangunan baru, dan alhamdulillah lagi dari 20 kontrakan yang ada ternyata ada 1 yg baru kosong, saya pun langsung menunu ke TKP, lingkungannya asri walau berhadap2 dan berderet masing2 deretan ada 10kontrakan, terbayang betapa ramainya lingkungan disitu. Begitu masuk, hmm agak sempit bagaimana dengan barang2 kami yg sepertinya tdk akan bisa masuk rumah itu seluruhnya. Ditambah listriknya hanya 900watt, lelah lagi otak dibuatnya, sementara pemakaian elektronik kami bisa melebihi daya itu. Dan masih agak jauh juga rutenya dari sekolah acha πŸ˜•.
Tidak berhenti mencari, mulailah saya bertanya kesana kemari, percis disamping sekolah anak ada kontrakan petakan juga berderet, dapurnya agak lega sementara listriknya sangat cocok dengan yang kami butuhkan, hmm walau kondisinya agak terlalu ramai dan sepertinya agak susah utk kami punya privasi πŸ˜… seengaknya sudah punya ancang2 bahwa kami akan mengambil sewa kontrakan yang ketiga ini.
Keesokan paginya ketika saya aka membayar DP, kebetulan ada mbak yang bisa saya sapa kalau lewat mengantar anak sekolah, sambil berbincang maksud dan tujuan si mbak tsb malah menunjukan saya kontrakan lain, lokasinya percis depan sekolah anak yg tinggal menyebrang, kondisinya rumah seperti cluster walau hanya muat untuk garasi motor, listriknya sesua dengan kebutuhan, dan yang paling menyenangkan adalah ini bangunan baru jadi kami adalah orang pertama yang menempatinya, subhanallah sujud syukur rasanya, ketika Allah memilihkan yang terbaik untuk kami. Yang tadinya saya mengeluh dan hampir putus asa dibuatnya, ketika setiap langkah saya saat mencari kontrakan selalu diawali dengan doa dan pasrah, alhamdulillah dapatnya malah yang paling bagus serta jarak ke sekolah hanya tinggal sekejap memejamkan mata lalu sampai πŸ˜‚. Malah sepertinya saya akan betah tinggal disitu karena lingkungannya nyaman tidak ramai dan lebih privasi. Alhamdulillah ketika berprasangk baik terhadap Allah, maka Allah pun akan memberikan yang terbaik untuk hamba Nya.

Alhamdulillah acha mulai rutin sholat

Alhamdulillah sejuknya melihat anak berinisiatif ikut bangun bertahajud di malam dini, damainya hati ini kala melihat anak2 begitu bersemangat untuk berjamaah di jam sholat wajib. Serta merutinkan sholat dhuha, walau mungkin belum sempurna bacaannya, belum benar gerakannya. Tapi ini sudah menjadi poin utama bagi kami untuk menanamkan kebiasaan sholat, yang insya allah akan menjadi bekal nanti setelah mereka dewasa. Berharap mereka akan taat beribadah dan sangat mudah diarahkan. 
Teringat saat kecil dulu, bagaimana ibu saya mendidik kami anak2nya untuk melaksanakan shalat, yang kalau subuh tiba ketika anak2nya masih terlelap, ibu tak henti2nya mengentuk pintu, bahkan kalau masih belum bangun, ibu sudah menyiapkan gayung berisi air untuk mencipratkan nya ke wajah kami 😭. Tapi inilah yang kami anak2nya rasakan sampai saat ini, bahwa kebiasaan sejak kecil itu akan tertanam kuat dalam diri kami, untuk taat dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan Nya.

Rasulullah bersabda: "suruhlah anak kalian sholat usia tujuh tahun dan pukullah mereka pada usia sepuluh tahun apabila belum melakukannya, serta pisahkan lah tempat tidur mereka."

Mengapa harus saat usia tersebut, rupanya saat usia tersebut adalah masa perkembangan karakter terbaik bagi seorang anak. Kebiasaan melaksanakan sholat akan terus tertanam semur hidupnya. Janganlah hanya menyuruh anak sholat, tapi kitalah orangtua yang memberi contoh dan teladan yang baik dalam mendidiknya, serta tak henti mendoakannya. Saya sendiri bukan  menyuruh anak sholat,  tapi mengajak serta untuk berjamaah, yang lama2 tanpa diminta sudah berinisiatif sendiri utk ikut mengambil wudhu dan mengelar sejadah dan mengikutinya sampai selesai 😭. Jangan pernah lelah mengajarkan dan mengarahkan anak dalam beribadah, agar saat tua nanti kita sbg orangtua tidak menyesal kelak, karena anak2 adalah investasi akhirat kita.

Alhamdulillah .......

Bismillah... Ketika menyambut fajar, hariku sudah dipenuhi dengan rangkaian aktivitas didapur

Alhamdulillah... Ketika ku masih diberi kesempatan menyiapkan segala kebutuhan suami dan kemudian melepasnya pergi dengan ciuman tangan, lalu beranjak untuk mengais rejeki halal.

Alhamdulillah... Betapa anak2 mengerti peranku, mereka masih terbuai dalam mimpi indahnya, untuk kemudian kulanjutkan aktivitasku dengan bebenah rumah.

Alhamdulillah... Begitu banyak sisa waktu yang ada, hingga kusempatkan mulut ini untuk bertilawah sambil menyelinap ditengah diantara kedua anak2ku yang masih lelap. Sambil sesekali bergadget sekedar menyapa dan bersilaturhami dengan rekan.

Alhamdulillah.. Ketika ku masih bisa menciumi dan memeluk kedua anakku sambil menikmati aroma asem dan wangi iler nya mereka.

Alhamdulillah... Ketika ku masih sempat mengurus kebutuhan si kakak dan mensugesti nya dengan pikiran positif untuk kemudian mengantarkannya ke sekolah..

Alhamdulillah.. Jam kosong tanpa si kakak bisa kumanfaatkan untuk ber duha dan bermain puas bersama si adik.

Dan lagi Alhamdulillah.. Diberi mbak yg baik dan jujur yang begitu membantu meringankan serangkaian tugas rumahku.

Alhamdulillah ketika siang dan sore menjelang, bisa mengisi hari untuk anak2 sekedar solat berjamaah, makan bersama, bermain,berkreasi,  tidur siang, bergadget, dan menutup senja dengan bertilawah. Lalu lanjut aktivitas dapur menyiapkan makan malam untuk  yang tercinta.

Alhamdulillah.. Ketika malam menjelang, menyambut suami pulang dengan penuh rindu dan syukur.

Alhamdulillah malam tiba, masih bisa mengisi jiwa nya anak2 dengan mendongeng dan mengantarnya ke alam mimpi.

Alhamdulillah ketika masih bisa diberi kesempatan dan terbangun dini hari untuk sekedar berkeluh kesah dalam doa dan sholat tahajud.

Alhamdulillah, terlelap sekejap untuk 
Kemudian  menanti subuh dan kembali beraktivitas kembali didapur.

Alhamdulillah Allah begitu baik atas kehidupan ini yang begitu penuh nikmat dan syukur. 

Refleksi ku

Refleksi dulu yuk pagi2. Hhhmm lagiiii, sering2 lah mengingat kematian, krn sesungguhnya kematian adalah pemutus nikmat dunia. Rasanya udh banyak denger berita2 duka yg mengejutkan entah dari teman atau bahkan kerabat sendiri. Kalau masih blm bs membayangkannya, coba inget2 saat kita diberi sakit....mungkin sebagian kita msh bingung hidup ini untuk apa, mau ngapain, mau berbuat apa? Coba kita tenggok sudara kita yg sdg diberi ujian berupa sakit, berjuang melawan sakit.. Saya sendiri biasa aktif kesana kemari, seminggu ini tiba2 tumit kanan dikasih kapalan dan kaki kering hingga luka yang kalau dipakai jalan alhamdulillah seperti penari balet (baca jinjit). Kapalan dikaki terlihat sepele, tapi ternyata sangat menganggu aktifitas. Padahal lagi semangat2nya jalan santai dan kepengen jogging, pas dikasih sakit baru deh berasa betapa selama ini terlalu banyak mengeluh ke suami krn kelelahan kala mengantar anak ke sekolah dengan berjalan kaki.. πŸ˜ͺ belum lagi urusan kaki, eeh kmrn siang mata kiri tiba2 seperti kelilipan benda asing, tapi rupanya bukan entahlah ini mata kenapa seperti ada yg menganjal seperti selaput yg menempel diputih mata.. Dan lagi saya langsung teringat belakangan ini lebih sering agak menunda tilawah 1juz 1hari, membacanya ditumpuuuuk brek jadinya hutangnya banyak, bukan Lagi 1juz 1harj tp 2 hari 3 juz πŸ˜ͺ. Ada lagi kisah lain, ketika melihat anak gak bisa diem grasak grusuk seketika otak lelah memenuhinya, tapi lagi saya diingatkan, postingan teman yg anak temannya tiba2 sakit demam lalu kejang lalu tdk sadarkan diri akhirnya meninggal (aah zifni walau saya gak mengenal mu tp kenapa hati begitu tersentuh 😭). Betapa anak kita diberi sehat sudah merupakan sesuatu hal yang sangat besar nilainya utk kita syukuri. Kasarnya, sesulit apapun hidup, seberat apapun masalah, saat melihat anak2 sehat ceria lincah rasanya tidak bs dibandingkan dengan seberat apapun  masalah hidup yg mgkn sdg kita alami. Saat lelah, dan sakit, ditambah lagi masalah baru, buru2 inget alhamdulillah dikasih suami yg sangat sabar, setia dan penyanyang, alhamdulillah dikasih anak2 yg sholeh sholeha pinter sehat dan ceria, alhamdulillah msh punya ibu dan mertua yang perhatian dan mendoakan, alhamdulillah punya kakak adik yang sangat perhatian dan selalu mensupport, alhamdulillah juga punya tetangga dan teman2 yang begitu baik dan peduli..alhamdulillah lagi rasanya Allah gak bosen2 mengetuk hati saya kala iman sedang turun. Latihan untuk bisa pasrah tidaklah semudah yg dibayangkan, namanya proses. Namun kadang yg perlu dipahami betul, bahwa segala sesuatu yang terjadi terhadap diri kita yg telah lalu maupun saat ini, bahkan sekian detik kedepan, itu sudah atas ijin Allah swt. Lalu apaaaa yg perlu dirisaukan lagi, yg harus dikeluhkan lagiii...ada masalah gak ada masalah hidup harus berlanjut dan menebar manfaat..

Ketika kakak dan adik perang

Terjadi keributan di kamar mandi, saat kakak plg sekolah dan bersih2 untuk kemudian sholat dzuhur. Rupanya si adik berebut gayung,pdhal dikamar mandi sdh ada 3 centong pilihan yg bs digunakan masing2πŸ˜…πŸ˜…. Aah dipikir biarkan sajalah, ternyata perang berlanjut, si adik mencakar kakak, dan si kakak mencubit adik,yess saatnya bertindak, berusaha memisahkan. Kedudukan 1:1 si kaka merah lengannya, si adik luka tangannya, bingung mau ngomong apalagi (udh keseringan ngomong soalnya πŸ˜“). Adik sdh bs melawan dan membela diri sekarang, kadang lebih ekstrim tindakannya, sejauh ini saya hanya berusaha mencegah dan mengarahkan, sengaja agar terbiasa  ada kesadaran dari si kakak kalau habis perang, karena berhubung adik msh kecil minimal si kakak belajar menjelaskan kronologinya. Saya berusaha gak langsung ingin menyalahkan dan menghakimi tanpa bukti, tapi melihat sikonnya juga siapa tersangka siapa korban, krn ketika saya menembak sekonyong2 kakak yg bersalah, efeknya si adik selalu dibela, si kaka jadi belajar untuk berbohong mengarang cerita indah demi menyelamatkan diri. Untuk menghindari hal tsb, makanya saya berusaha utk berada dipihak netral. Karena si adik sdh mulai mengerti, saya rasa sdh bs utk dinasehati jika tindakannya tdk baik. Sudah mencoba juga untuk menerapkan standar perang 1msh batas saling kesel dan dongkol main salah2an, msh oke (itung2 latihan menata hati dan emosi), standar perang 2 dpt sinyal kuning sudah mulai dorong, toyor dan mata saya pun mendelik sinis. Sementara standar perang 3 sdh menyakiti secara fisik misal memukul, mencubit mencakar, saatnya menjadi wasit 😀.
Singkat cerita saat adik sedang tidur, si kakak melihat tangan adik yg luka akibat di cubit kakak pakai kukunya, ada yg menggetarkan hati, tangannya adik di belai lembut oleh kakak sambil mengusap2 keningnya adik πŸ˜‚πŸ˜‚. 
Begitu bangun, bercanda seperti biasa, dan keributan dimulai lagi, kali ini si kakak mendorong adik, adik terjatuh lalu menangis 😣😣😣😣 (never ending story).
Jadi seperti itu kiranya, dalam kehidupan bersaudara pasti akan selalu ada pertengkaran, diingatkan info dari grup sebelah yg dikutip dari buku abah ihsan ini namanya sibling rivalry. Berikut kutipannya
"Bhkn mgkn smpai ratusan kali lebih pertengkaran antara adik kakak lebih sering dibandingkan dengan tmn sebaya. Hal ini tjd krn mereka tau bahwa ADIK atau KAKAKnya AKAN SELALU ADA, tdk akan pergi.

Adik kakak yg bermain bsama meskipun saling mengejek, memiliki hub yg lebih dekat drpd adik kakak yg bermain terpisah. Lebih baik berisik krn bertengkar daripada damai tp berpisah (tdk mnyapa/ bgaul krn slg benci). KONFLIK baik bagi anak ketika ia dilatih utk dpt menyelesaikan. Ortu tdk boleh selalu menyelesaikan konflik anak, dan tdk ada istilah "kakak hrs mngalah pd adik krn adik msh kecil", hal spt ini menunjukan ketidakadilan. 

Bantu anak utk bsa mengelola konflik dengan baik:
1. Bersahabat dengan konflik
2. Libatkan anak
3. Aturan yg jelas
4. Syarat melindungi anak (anak tdk boleh dibela ketika sdh bisa membedakan tangan kanan/kiri kira2 usia 3-5th)
5.  Fokuskan pikiran anak pd saling mencintai
 Saya yakin koq adik kakak ini saling menyanyangi saling melindungi dan saling peduli satu sama lainnya. Cuma itu tadi, gak nyenggol rasanya gak komplit bagi mereka 😝
Semoga bermanfaat 😊

Ternyata kita pelupa (puisi karya saida arini)

Terkadang kita lupa, sebagai pasangan disatukan untuk tujuan apa? 
Lupa karena  terlena dan sibuk dengan urusan dunia.
Lupa ketika menikah untuk tujuan ibadah, sehingga tanpa sadar menghilangkan nilai agama dalam rumah tangga..

Terkadang kita lupa, sebagai orangtua yang di beri keturunan.
Lupa bahwa mereka hanya titipan yg diamanahkan untuk kita didik sebaik2nya.
Lupa kalau segala yg kita lakukan thd anak akan diminta pertanggungjawabannya diakhirat kelak.
Saking sibuknya, orangtua lupa mengajarkan tentang agama kepada anaknya.
Lupa kalau mereka adalah ladang pahala bagi kita..

Terkadang kita lupa, saat meminta keberlimpahan rejeki, lupa ternyata tujuannya lebih untuk keduniawi memuaskan nafsu. 
Lupa, kalau rejeki yang diberi itu harusnya menjadi alat untuk meningkatkan amalan dan sedekah.
Lupa, kalau Allah bisa mengambilnya sewaktu2..

Terkadang kita ini lupa kalau harta tahta jabatan adalah nikmat yg Allah beri.
Lupa sakit dikala sehat sehingga mengabaikan pola hidup sehat dan kurang bersyukur bahwa sehat adalah nikmat kedua setelah iman.
Lupa,kalau udah dikasih sakit baru inget untuk beribadah dan bersyukur
Lupa bersyukur dikala senang
Lupa beramal dikala susah,padahal nikmatnya sedekah justru disaat seperti itu..

Terkadang kita lupa bahwa hidup di dunia hanyalah persingahan sesaat.
Lupa kalau kematian itu pasti dan lupa kalau kita ini sedang mengantri dan  lupa kalau ada malaikat maut yg selalu mengintai kita setiap harinya.
Lupa kalau kehidupan kekal kelak di akhirat nanti.
Lupa mengumpulkan bekal diakhirat kelak, karena terlalu sibuk dengan urusan duniawi.

Lanjutkan lupa lupa yang lainnya.. Semoga tidak pernah lupa untuk berbenah memperbaiki iman dan takwanya 
#selfremainder #jumatberkah #renunganpagi

Harapan (ortu) vs kebutuhan (anak)

Ada anak yang lagi sakit tapi malah nangis minta untuk masuk sekolah, well saya harus blg apa ini, subhanallah banget kalau memang kamu punya semangat yang tinggi untuk sekolah nak. Iya, Acha walaupun sebelumnya pernah merasakan dibeberapa sekolah yang berbeda baru kali ini saya merasakan aura semangat dalam diri acha untuk sekolah. Yah walaupun tidak tahu kedepannya seperti apa, walau mungkin suatu saat pasti ada menemukan titik jenuh, mudah2an tdk menghalanginya untuk tetap semangat belajar. 
Siapa yang sangka juga, perlahan akhirnya saya juga menyadari banyak kejutan2 yang dia lakukan dan membuat saya tersenyum bangga. 
Memang kalau udah ngomongin anak rasanya gak pengen ungkapin sisi jeleknya, selalu yang bagus2 nah ujung2nya yang pada baca jadi males duluan deh. Tapi menurut saya beda, ketika kita membaca kisah anak lain yang memang patut dibanggakan kenapa tidak tanpa ada unsur untuk menjatuhkan pihak lain kan? Ini bukan masalah persaingan, juga bukan masalah saling mengunggulkan, tidaaak. Saya udh tutup buku kalau masalah itu alias males bahas.
Balik lagi, sbg seorang orangtua normal, pengennya punya harapan tinggi terhadap anak, ternyata harapan tinggi ini kalau gak dikemas apik bisa jelek juga yah hasilnya, alih2 utk masa depan anak, yg ada malah berubah jadi tuntutan. Contoh sederhana, saya pengeeeeen banget acha bisa menguasai salah satu jenis musik, sampai saya bujuk manis tetep anaknya gak mao "ini loh cha mumpung mamah lagi ada duit πŸ˜… hayo kita coba musik yuk" tetep no respon dari anaknya. Ya udahlah yah mau diapain lagi kalau anaknya gak mau, kalau dipaksa pun hasilnya gak bagus (mulai modus menuntut kalau memaksa mah).
Selang waktu, ketika disekolah ada kegiatan ekskul bukan saya duluan yg nawari, tapi anaknya sendiri yang minta, acha meminta untuk melukis, berasa angin seger dengernya.. Usut punya usut iyaa juga sih, selama ini acha senengnya sama kegiatan mengambar mewarnai, pantes aja dia mintanya les lukis. Ok dicoba, beberapa kali masuk kelas, sampai akhirnya kmrn saya terkaget2 nemu kertas hasil gambarnya yang udh diwarnai. Kenapa kaget, kan biasanya jg udh sering liat gambarnya acha, kaget karena acha udh mulai mengaplikasikan penyesuaian keserasian warnaπŸ˜‚ , seengaknya itu poin banget buat acha. 
Lama2 jadi berpikir, bahwa mengikutsertakan anak les itu bukan semata krn keinginan orangtua saja, tapi porsinya lebih kepada kebutuhan anak (ini yang kadang orangtua kurang jeli termasuk saya πŸ˜“). Anak lebih sadar akan kebutuhannya dibanding orangtuanya sendiri. Kasus lain dalam membaca, dari awal sih emang saya gak pernah ngajarin acha baca, kenalin huruf abjad pun hanya sekedar, soalnya kalau diajarin yang ada cape sendiri sayanya, anaknya mah cuek aja. tapi apa coba, seiring waktu berjalan anaknya minta sendiri, acha mulai tertarik dengan huruf, mulai tertarik dengan menulis, nah rupanya anak ini lebih tau waktu yang tepat untuk dirinya sendiri.. Lalalala singkat waktu akhirnya tanpa susah payah saya ajarin anaknya udh bs baca mengeja sendiri untuk kalimat sederhana, dan rajin menuliskan nama teman2nya di kertas.
Kebayang yah kalau waktu itu saya keukeuh paksa ikut les ini itu, gimana yaah nantinya apa ngaruh perkembangan karakter dan kepribadiannya. Okelah misal acha nurut, terus jadi bisa, terus kalau udah bisa apa sdh sesuai dengan kebutuhannya akan kebisaannya itu, misalnya saya minta acha ikut les drum, acha jd bisa drum trus kalau udh bisa saya ikutin kejuaraan dan perlombaan (asli ini ambisi orangtua banget model gini mah), tapi syukur2 kalau anaknya emang suka kalau enggak gmn?. Nah kegunaannya buat acha apa, kalau cuma buat bikin bisa, semua orang bisa kalau berlatih mah, tapi apa feel nya disitu, passion nya disitu,(bosen mungkin iya) eeeeuuuh buang2 waktu aja, pdhal kalau jeli ada bakat yg lain yg mungkin bisa di asah jd mengkilap sesuai dengan passionnya yg hasilnya bisa lebih keren dari harapan orangtua. 😀
Kalau udh baca bukunya ayah edy pasti pd tau deh, kenalkan anak dgn berbagai macam kegiatan, hanya dikenalkan aja loh (syukur2 bagi ortu yg punya buget banyak). Seengaknya dari berbagai kegiatan itu kita bisa tau kira2 potensi anak ada dimana, tapi saat dilatih (les) anak ada tampak bosan jenuh dan sumpek, di stop krn mungkin saat itu bukan itu kebutuhannya, bukan disitu feelnya, bukan itu passionnya.
Efek lain dari membiarkan anak untuk memilih kegiatan sesuai kebutuhannya sendiri ternyata anak jadi terbiasa bertanggungjawab atas apa yg dipilihnya. Karena kegiatan yg dipilihnya juga sebagai bagian dari hobi, bukan kejenuhan yg didapat, melainkan kegiatan yang menyenangkan sehingga aura semangat pun terus ada. Orangtua senang, anak pun puas semakin merefleksikan kemampuannya. Ketika orangtua memotivasi kegiatan positif yg mjd kegemaran si anak, tanpa disadari ada yg kita gali juga disitu, selain mengembangkan kemampuannya, si anak pun terbentuk menjadi seorang pribadi yang pantang menyerah rupanya (sambil lirik yg lagi tidur disamping 😘).
Nb: tulisan dibuat tanpa maksud menyinggung pihak manapun, kalau merasa terganggu, abaikan lalu unfollow πŸ˜‰

Bekerja dengan passion

I love u nak
Ketika melepaskan berbagai kesempatan yang ada, bukan karena sayang, bukan karena demi anak semata. Saya sama seperti lainnya, hidup terkadang butuh aktualisasi diri, butuh uang utk bertahan hidup dan untuk menghidupi anak2 juga. 
Kadang berlebihan membahas ini, sebagian besar berpikir tidak bekerja adalah karena alasan anak, iya mungkin benar, tapi setelah dirunut2 bukanlah itu juga jawabannya, mengurus anak itu adalah pekerjaan yang menguras batin dan fisik, mengurus anak itu ternyata ada ilmunya bahkan kalau perlu ada sekolahnya, mengurus anak itu tidak semudah yg kita terka selama ini.
Tidak banyak yg awalnya bekerja lalu memutuskan utk memilih mengurus anak dan pada akhirnya menyerah krn passionnya mungkin adalah memang ibu bekerja dalam bidang profesional. Sementara saya? Iyaa 24 jam hidup bersama anak dan turut serta mengawasi perkembangannya dan terlibat dalam warna warni hidupnya merupakan suatu kejenuhan bagi saya, saya jenuh, saya lelah, karena pada saat itu yang saya pikirkan adalah untuk diri saya sendiri. Mengurus anak adalah pekerjaan yang telah menghambat karir saya, sementara saya tidak menghasilkan uang dari ini. Butuh waktu bagi saya untuk menemukan jawaban atas semua ini, mulailah saya mengenal apa yang namanya parenting dan islamic parenting. alhamdulillah banyak ketamparnya bahkan hati seperti tertusuk paku saking sakit hatinya saya selama ini.
Saya sakit hati karena saya telah menyia2kan hidup saya pd saat itu, apapun yang kita lakukan tidak didasari cinta makanya semuanya akan sia2. Kemana saja saya selama itu tidak menyadari bahwa dihadapan saya ada rejeki dari Allah yaitu berupa amanah pekerjaan besar yang tanggungjawabnya dunia akhirat. 
Begitulah kiranya hati ketika selalu melihat sekitar dan merasa diri tidak seberuntung mereka... Padahal pun mereka mungkin berpikir seperti itu terhadap diri saya (ciri manusia yg tdk pernah bersyukur).
Alhamdulillah, semua itu butuh proses, karena tidak ada yang instan dan datang secara tiba2, layaknya seperti hidayah yg bukan kita tunggu tetepi kita jemput dan wajib mencarinya, bahwa ilmu pun demikian. Dan saya mulai menemukan passion nya dalam mengurus anak, hingga akhirnya membuat saya jatuh cinta pd pekerjaan ini. Tidak bekerja bukanlah  pengangguran, mungkin terlihatnya seperti itu, padahal jauh dari itu saya pun memiliki visi misi yang hebat dalam perkerjaan saya sebagai seorang ibu. Saat kita mencintai pekerjaan kita, saat itulah perjuangan dalam kehidupan kita ada. Dan inilah passion saya, saya jatuh cinta menjadi ibu, tidak bekerja bukan karena sekedar mengurus anak, tapi karena keberadaan mereka lah saya tidak menganggur... Karena mereka lah saya akhirnya belajar melatih dan mengasah kemampuan saya bukan hanya pada satu bidang namun terkadang saya baru memahami bahwa wow ternyata saya bisa melakukan ini bisa melakukan itu. Karena mereka lah saya bisa merasakan bagaimana sejatinya kebahagiaan itu, juga merasakan saat harus mengalami kesedihan dan segala sesuatunya yg menguras emosi. Karena mereka lah yang membuat dan memaksa saya untuk terus mendekatkan diri kepada Allah, bagaimana saya bisa khusyuk dalam berdoa, beribadah, dan bertilawah. 
Jadi apa iya yang saya lakukan ini demi anak semata??? Ketika begitu banyak pelajaran berharga untuk meningkatkan kemampuan dalam diri saya. Jawabannya adalah semua ini demi saya, demi saya yang semakin hari ingin belajar utk menjadi seorang khalifah Allah yg semakin ingin menjadi yg terbaik. Untuk diri saya dalam upaya memenuhi timbangan amal kebaikan agar terus memberat. Ini jelas untuk diri saya, kelak ketika saya tua nanti  bahwa apa yg saya lakukan untuk anak2 selama ini mereka bisa memperlakukan saya sebaik2nya saya memperlakukan mereka. Atau kelak saya tiada, saya ingin bisa tersenyum indah melihat betapa anak2 saya bisa mandiri dan bs memberikan manfaat tdk hanya untuk dirinya keluarganya tetapi juga yg lainnya, terkait pola asuh yg saya terapkan selama ini. Dan pada akhirnya, pendidikan agama yg saya terapkan kepada mereka, tidak lain tidak bukan saya hanya ingin amalan saya tidak putus meski saya telah tiada, karena doa2 anak sholeh sholeha kami yg terus akan mengalirkan ribuan amalan kebaikan bagi kami diakhirat kelak. Aamiin 
Dan pada akhirnya, tulisan ini bukan untuk saling menunjukan ini yg terbaik itu yang terbaik. Apapun keputusan yg ada, niatkan utk amalan kebaikan maka hasilnya pun kebaikan itu sendiri untuk kita. Bekerja "tidak bekerja" bukanlah sebagai sebuah status semata, bukan juga semata2 untuk saling menjatuhkan. Bekerja sebagai wujud memanfaatkan diri kita semaksimal mungkin sebagai manusia produktif. Apapun itu bentuknya, pada dasarnya kita ini terus bergerak, dalam bekerja ada sesuatu yg hendak dicapai, pun bekerja dalam mengurus anak. Sangat sempit pikiran kita ketika memandang segala sesuatunya dengan sebelah mata. Untuk itu kembalikan semua ke dalam niat dan doa, tidak ada yg jelek yg kita lakukan di mata Allah selama niatnya utk kebaikan. 

Mari berpikir ulang

Hmmm agak kaget begitu banyak yg friend request, tp koq gak dikenal yah, begitu liat profilnya.. Ooh paham. Ketika begitu banyak yg menawarkan bisnis, dari sekian banyak bisnis jd bertanya kenapa hanya itu dan itu lagi. Tidaaak, saya bukan alergi bisnis, tapi sejenak saya membayangkan sadar tidak sadar negara kita sdh menjadi pangsa besar pasar produk2 luar tsb. Lantas bagaimana produk lokal akan bertahan ketika jaringan bisnis produk impor semakin meluas. Saya tahu saya paham, dalam bisnis yg dituju itu uang dan uang (hari gini siapa yg gak butuh duit). Dan saya tahu kerjasama bilaterlal ini mengguntungkan setidaknya membuka lap kerja di Indonesia, tp lapas dari itu ada sesuatu yg mengancam keberlangsungan produk lokal baik ysg sdh SNI maupun yg blm. 
Yang msh anget bgt kmrn diinfokan beberapa list terkait boikot produk israel, ooh begitu saya baca hampir produk2 israel tsb yg menopang produk pokok di Indonesia, setelah sekian lama baru tersadar selama ini saya pribadi bergantung pd beberapa produk israel (air minum, diapers, shampoo dsb) sambil terus berpikir saya melakukan survey kecil thdp beberapa produk impor dan produk lokal, bagaimana hebatnya marketing produk impor telah mencuci otak kita bahwa produk mereka lah yg terbaik terunggul, dan merknya sdh terekam rapi dlm memori kita. kalau sdh begini bagaimana produk lokal SNI mau mendapat kepercayaan dari masyarakat lah sementara produk impor semakin merajalela mengambil hati masyarakat Indonesia. 
Di pinggir jalan di jatiwaringin saya melihat ada warung ayam goreng yg pdhal tempat dan fasilitasnya sdh oke (menurut saya) rasanya juga enak, eeeh tapi kenapa sepiii yah, sementara disanaan dikit warung waralaba ayam goreng abah  mekduy penuh dengan kunjungan orang, dan lagi ini bukti bahwa otak kita telah tercuci dgn merk dagang tsb.. (Entahlah sulit mendeskripsikan)..
Lalu bagaimana produk lokal akan bertahan, sementara yg kita gunakan, kita banggakan bahkan kita jual adalah produk impor semua (sebegitu kejamkah pasar bebas). Contoh simple kosmetik lah (gak mau ngejelasin, udh tau yah). Bagaimana ketika orang bangga dengan baju zero yg mereka beli dgn harga mihil, inj jg yg menjadi motivasi saya utk belajar menjahit, ketika mensugesti diri utk bisa memproduksi baju acha noah dgn brand sendiri (mohon aamiinkan).
 Lalu bagaimana mau mengajarkan anak agar bangga dgn produk dalam negeri kalau yg kita jual /kita pakai bukan produk dlm negeri. Iyaa sih msh banyak jalan menuju roma utk mengajarkan anak bukan hanya bangga tp terbiasa menggunakan  produk dalam negeri agar keberadaan produk dlm negeri tetap bs bertahan dan bersaing. Iya saya tahu, banyak juga koq peluang bisnis dan  waralaba atau MLM produk lokal karya anak bangsa, tapi ya itu tadi merk dagangnya masih kalah booming dgn produk impor... 
Lantas saya berpikir utk mulai mengajak anak berpikir kritis, bahwa kamulah nak nanti yg harus menciptakan ide utk membuat bisnis produk sendiri (bukan produk jualan negara lain) dan harus yakin dan bisa   Bersaing dgn mereka, kamulah nak nanti yg harus menemukan metode marketing yg tidak kalah hebatnya dgn mereka, kalau perlu gantian negara merekalah yg kamu jadikan pangsa pasar terbesarnya. Ketika kamu harus tahu kita ini sdg terjajah dinegara sendiri atas penguasaan produk2 pokok merk impor, saya yakin rasa nasionalisme mu akan muncul utk melahirkan ide2 hebat menciptakan peluang bisnis 

Hijab


Hijab, sederhana memandangnya namun tak sederhana mau menggunakannya... Saya hanyalah awam yg msh belajar memperbaiki diri dalam berhijab, jd tak perlu lah menilai diri ini sdh paling sempurna dlm berhijab sementara memandang rendah ke yg lainnya. Sungguh jika demikian hinalah diri ini, pdahal berhijab pun baru kemarin sore, lantas sudah mau menganggap diri sempurna, naudzubillah.
Bersyukurlah yg sdh berhijab sedini mungkin, mengapa??? Iyaa sungguh beruntungnya yg sdh terbiasa menggunakan hijab, karena wanita itu adalah aurat, apa yg nampak dari seorang wanita bisa jadi bahan fitnah. Saya sendiri minim ilmu, tdk ada yg mengajarkan dan mencontohkan, telat rasanya baru memutuskan berhijab setelah acha lahir dan berusia 6bulan (kamana wae atuh) itupun belum sepenuhnya bs menutup aurat. Niat sdh lama tapi urung trs karena itu dia minim ilmu, jelas2 ada perintah di quran utk menutup aurat, tp rupanya belum tersadar sepenuhnya. Saat keinginan datang, saat itulah suami justru yg mensupport, beliau langsung mengajak saya ke toko hijab, pdahal saya pun masih ragu tp krn sdh terlanjur diajak, tawaran pun diterima, dari hanya memiliki 3buah hijab akhirnya trs mulai membiasakan diri memakai hijab. 
Kalau melihat perjalanan saya utk berhijab, banyak benernya loh kalau hijab itu bukan berarti diri sudah baik atau sempurna, justru krn blm baik makanya berusaha mencari jalan utk memperbaiki diri, ya salah satunya dgn berhijab. Dan alhamdulillah dlm perjalanan panjang itu, yg tadinya walau pergi kemana2 berhijab tp dirumah msh gak mau berhijab, jelas2 depan mata ada abang2 jualan pd lewat, akhirnya semakin kesini semakin malu kalau dirumah ada org asing gak pake hijab. Jd berhijab gak usah nunggu jd alim dl, apalagi ada kata sakti "jilbabin hati dl baru jilbabin aurat" gak tau itu siapa yg bikin tp yg jelas hati mah gak ush nunggu dijilbabin, soalnya kl diri udh dijilbab in mau gak mau hati pun akan ikut kebawa baik, insya Allah kalau disertai niat yg baik. Walau mungkin (loh) diluaran sana yg katanya masih ada hijab sbg tameng itu melakukan tindak kejahatan, agar dianggap sbg manusia baik, ya terserah kembalikan lagi semua pada niatnya masing2, doain aja yah semoga enggak begitu...
Disatu sisi saya bersyukur dikasih kesempatan utk trs bs memperbaiki diri (kata saya ini mah) apalagi disaat punya anak yg semakin beranjak gede, gak bs kasih contoh yg baik bisa2 anak sama aja jeleknya kaya mamahnya. Saya cuma mau bilang, acha bersyukur ada mamah yg bs ingetin acha yg bs contohin acha, yg bs nasehatin acha dan mengenalkan acha ttg hijab knp sih wanita harus berhijab, alhamdulillah anaknya juga tanpa dipaksa minta sendiri utk dibeliin jilbab yg banyak 😝, yg kaya gini harus dikasih jempol, umur 5tahun udh bersedia belajar berhijab, semoga besarnya tetap istiqomah yah. Jangan nunggu tua kaya mamah baru berhijab, kemana aja dulu mudanya hey...agak nyesel emang, krn memang minim ilmu dan tdk ada yg mengenalkan mengapa harus berhijab dst, dan gak berusaha cari tau.
Semoga kita trs dikasih kesempatan utk bs memperbaiki diri terutama dalam berhijab, krn semakin mau berusaha mjd lebih baik maka jalan apapun akan dicari, informasi pun akan trs digali, apapun akan dilakukan. Kiranya apa tujuan dari hidup ini kalau tak lain dan tak bukan utk menggapai ridho Nya, menggapai surga Nya, lalu apa yg sdh kita lakukan utk itu semua, minimal jadi orang baik saja blm cukup, berusahalah menjadi yg terbaik di mata Allah, dgn menjadikan diri ini mjd muslimah yg mau menutup aurat dan takwa. Jgn pernah merasa puas diri ketika kita sdh melakukan amalan kebaikan, krn rasa puas itu seolah mencukupkan diri kita utk melakukan amalan kebaikan yg lainnya, pdhal mungkin apa yg sdh kita perbuat hanya seujung kuku blm ada apa2nya. Tapi jangan pula merasa rendah hati atas apa yg baik2 yg sdh kita lakukan, minimal kita melakukan niat baik krn Allah bukan apa kata orang. Teruslah berusaha memperbaiki diri, niatkan diri ini utk trs istiqomah dijalan Allah menggapai ridho Nya. Aamiin ya robal alamin
(Tulisan ini tanpa maksud menyinggung pihak manapun, abaikan jika tak berkenan)